Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan
Mimpi Pejuang Khilafah

Mimpi Pejuang Khilafah

KokopNews- Agama lahir untuk kemaslahatan umat manusia. Sebagai panduan untuk mengamalkan agama itu diturunkanlah kitab suci kepada nabi yang bertugas menyampaikan ajaran agama itu sendiri. Sebagai utusan Allah nabi mempunyai tugas menjelaskan mengajarkan umatnya tentang menjalankan agama. Semua prilaku yang boleh dan yang tidak boleh diatur oleh agama. Namun pengaturan ini tidak detail kecuali dalam masalah ibadah murni seperti shalat, zakat, haji, puasa dan ibadah murni yang lain.


Mimpi Pejuang Khilafah

Dalam masalah sosial, politik dan ekonomi kitab suci hanya memberi panduan secara umum. Masalah sosial misalnya, agama tidak mengatur secara detail cara bergaul dengan orang lain melainkan hanya memberi panduan secara umum bahwa dalam bergaul tidak boleh menyakiti, mendholimi atau merendahkan martabat orang lain. 

Begitu pula masalah ekonomi. Untuk menjaga hak-haknya masing-masing agama memberi panduan bahwa dalam berbisnis tidak boleh ada riba, harus disertai kerelaan, tidak boleh menimbun, tidak boleh menipu yang mana semua panduan umum tersebut dimaksudkan untuk menjaga hak-hak orang lain. Manusia diberi kebebasan untuk berinteraksi dengan sesama dalam berbisnis asal tidak merugikan. Inilah panduan umum agama tentang ekonomi.

Tidak jauh berbeda dengan kedua masalah diatas adalah bidang politik. Agama tidak mengharuskan umatnya untuk membentuk pemerintahan dengan sistem tertentu. Yang ditekankan oleh agama dalam mengatur pemerintahan harus berdasarkan Musyawarah, adil, musawah atau persamaan diatara sesama warga negara. Apapun sistemnya prinsip diatas adalah inti dari ajaran agama itu. 

Kalau ada sebagian kelompok mempunyai pemahaman bahwa dalam beragama harus mencontoh secara harfiah terhadap sistem yang dulu pernah dipraktekkan oleh kanjeng nabi dan para sahabatnya tentu mereka perlu memahami kembali tentang ajaran agama itu sendiri. Memang tidak dipungkiri bahwa masa keemasan islam adalah masanya kanjeng nabi dan para sahabatnya. Namun perlu diingat bahwa kemajuan zaman seperti saat ini sudah tidak memungkinkan untuk menerapkan secara harfiah sistem pemerintahan kanjeng nabi dan para sahabat. 

Kemajuan zaman adalah sunnatullah yang tidak boleh diingkari. Sangat tidak masuk akal kalau kita mendengungkan zaman kanjeng nabi dan para sahabat diterjemahkan secara harfiah untuk diterapkan pada saat ini. Kurun kanjeng nabi dan para sahaat adalah kurun terbaik dan setelah itu secara alamiah mengalami penurunan dari sisi kualitas umat islam dalam mengamalkan ajaran agama.

Oleh karena ada perbedaan zaman yang juga disertai perbedaan kualitas umat maka mulai dari selesainya sistem khilafah yang ditandai dengan berakhirnya kepemimpinan Khulafaurrosyidun sistem pemerintahan tidak lagi menggunakan sistem khilafah dalam pemerintahan. Pada zaman setelah khulafaurrosyidun seperti dinasti Muawiyah, Abbasiah sampai turki utsmani pada dasarnya bukan sistem khilafah seperti yang diterapkan dizamannya kholifah yang rosyid. Sistem pemerintahan setelahnya adalah monarki absolut yang dalam pergantian kepemimpinan bukan bukan berdasarkan kompetensi seperti zamannya kholifah yang empat akan tetapi berdasarkan keturunan. 

Jadi salah besar kalau kita menganggap bahwa pada zaman setelah khulafaurrosyidun menerapkan sistem khilafah. Padahal pada saat itu masih banyak para sahabat seneor yang kualitas keimanan dan keilmuannya tidak diragukan lagi. Akan tetapi kenapa sistem yang dipakai malah bukan sistem khilafah. Ini menunjukkan bahwa untuk membangun pemerintahan yang terpenting bukan sistemnya. Sistem  bisa berubah sesuai dengan perkembangan komunitas umat. 

Seperti yang telah tersebut diatas dalam membangun pemerintahan agama hanya memberi panduan secara umum yaitu syuro, musawah dan adil. Ketiga konsep ini bisa masuk pada sistem apa saja yang telah disepakatai oleh umat. 

Jadi sangat kontraproduktif kalau ada kelompok yang dengan semangatnya ingin menerapkan sistem khilafah di negeri yang berdasarkan pancasila ini.  Negara indonesia adalah negara berdasarkan pancasila yang mana secara formal tidak menmpilkan agama sebagai idiologi negara. Akan tetapi semangat atau inti dari agama tersebut menjiwai negara. Hal ini sesuai dengan sila pertama yaitu Ketuhanan Mang Maha Esa.
Selengkapnya
Ramadan Adalah Momen Tapat Untuk Taubat

Ramadan Adalah Momen Tapat Untuk Taubat

KokopNews- Bulan ramadan sebentar lagi meninggalkan kita. Bulan yang penuh ampunan ini akan membuat kita menyesal kalau tidak dimanfaatkan dengan baik. Puasa, tarawih, baca al-Quran dan memperbanyak amalan sunnah adalah amalan yang mestinya dilakukan di bulan penuh rahmat ini. 

Ramadan Adalah Momen Tapat Untuk Taubat

Tidak hanya itu, bulan ramadan adalah bulan latihan menahan diri dari segala sesuatu yang tidak sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Menfitnah, menggunjing, membicarakan aib orang lain, membiarkan nafsu bebas melakukan kehendaknya mesti dihindari pada bulan yang hanya sekali dalam setahun ini. 

Maka, apabila sebelumnya kita selalu melakukan hal-hal yang melanggar syariat dengan cara meninggalkan kewajiban atau melanggar larangan agama,  pada bulan inilah kesempatan kita untuk kembali pada jalan yang benar. 

Jika pada bulan ramadan ini kita bisa memperbanyak amalan ibadah maka besar kemungkinan pada bulan-bulan setelahnya kita relatif menjadi orang baik. 

Menjadi orang baik tentu menjadi harapan semua manusia tak terkecuali orang yang terlanjur masuk ke dalam lembah kemaksiatan. Pada dasarnya mereka yang berlumur dosa tidak mempunyai ketengan batin. Ingin rasanya mereka kembali pada fitrah kemanusiaannya. Hanya saja karena mereka sudah terlalu jauh masuk pada lembah kemaksiatan itu maka mereka bingung bagaimana cara kembali pada jalan kebenaran.

Nah, bagi orang yang dalam hidupnya banyak melakukan dosa sebaiknya mulai saat ini berhenti. Mulailah meninggalkan kemaksiatan yang membuatnya jauh dari Allah. Tidak ada untungnya jadi orang tidak baik. Di dunia dia hanya menjadi orang yang tidak tentram apalagi nanti di akhirat, keadaannya jauh lebih sengsara dibanding dengan kehidupan di dunia. 

Momen ramadan ini adalah kesempatan bagi umat islam untuk berlomba dalam kebaikan. Bagi yang sudah baik selayaknya membuat pribadinya semakin baik. sedangkan bagi yang belum baik seharusnya memanfaatkan momen ini dengan sebaik-baiknya.

Perbuatan dosa yang sudah sering dilakukan tentu tidak mudah untuk ditinggalkan. Apalagi hanya dalam waktu satu bulan. Namun kalau ada kemauan kuat disertai dengan aksi nyata bertaubat pada Allah sebesar apapun dosa yang dilakukan pasti akan diampuni oleh Allah. 

Yang terpenting bagi kita bukan banyaknya dosa yang dilakukan akan tetapi keinginan memulai menjadi orang baik inilah yang sangat penting. Dalam menerima taubat Allah SWT tidak melihat besar kecilnya dosa yang dilakukan seorang hamba. Sebesar apapun dosa yang sudah diperbuat dengan kehendaknya bisa saja Allah mengampuni. Tidak ada yang sulit bagi Allah karena Ia adalah tuhan segala alam.

Yang harus dilakukan pertama kali oleh mereka yang ingin kembali kepada Allah adalah dengan cara menyesali semua perbuatan nista yang pernah dilakukan. Kewajiban ibadah yang pernah ditinggalkan dibayar sedikit demi sedikit. Bagitu pula dosa yang berkaitan dengan hak-hak orang lain ditunaikan. Seperti misalnya dia pernah merampok harta orang lain. Maka harta yang pernah dirampok tersebut dikembalikan pada pemiliknya. 

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan saya paparkan tatacara bertaubat pada Allah SWT. Pertama syarat taubat adalah menyesali dosa yang diperbuat disertai dengan komitmen untuk tidak mengulanginya lagi. Menyesal ini tidak cukup hanya dimulut saja akan tetapi harus tulus dari hati ingin betul-betul kembali pada Allah. 

Kedua, jika dosa yang pernah diperbuat ada hubungannya dengan hak orang lain, maka hak tersebutr harus dikembalikan pada yang bersangkutan. Semisal pernah mengambil harta orang lain maka harta tersebut dikembalikan pada pemiliknya. Jika pemiliknya tidak diketahui maka hak tersebut diserahkan pada orang adil untuk disalutrkan pada kemaslahatan orang islam seperti masjid, madrasah, pesantren dan lain-lain.

Taubat sebenarnya tidak mengenal waktu, kapan saja boleh melakukan taubat. Namun jika sebelumnya tidak mempunyai kesempatan bertaubat maka pada  bulan ramadan ini adalah kesempatann yang tepat untuk melakukannya. Jika bulan ramadan ini tidak digunakan dengfan sebaik-baiknya maka akan tambah sulit nanti kalau bulann ramadan sudah selesai. 

Dosa adalah perbuatan hina. Jika terus dipupuk maka akan membuat kita semakin sulit kembali pada jalan yang benar. Taubat dari dosa adalah hidayah dari Allah. Tapi kita tidak tahu siapa saja yang mendapat hidayah dari Allah. Oleh karenanya, hidayah itu harus kita jemput. Memang ada sebaian kejadian dimana ada orang kembali ke jalan yang benar melalui cara yang tidak disengaja. Akan tetapi yang seperti itu jarang adanya. Untuk bertaubat jangan nunggu hidayah dari Allah karena hidayah itu tidak tampak dan tidak ada yang tahu kecuali sang pemberi hidayah itu sendiri.

Sebagai makhluk yang banyak kekurangan kita harus mencari hidayah itu dengan cara melatih diri menerima kebenaran dan berusaha mempraktekkannya. Berusaha mencari, menerima dan mengamalkan kebenaran ini adalah tanda bahwa kita mendekati hidayah Allah. 

Oleh karenanya, mari kita manfaatkan bulan ramadan ini dengan sebaik-baiknya. Caranya adalah memperbanyak amal baik seperti shalat sunnah, menyantuni orang fakir-miskin, meninggalkan kebiasaan nmemfitnah, menggunjing, membicarakan aib orang dan lain-lain. Dengan begitu maka kita termasuk orang yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang baik yang berhak atas surgaNya kelak di akhirat. Amin.
Selengkapnya
Jangan Benci Orangnya, Tapi Perilakunya

Jangan Benci Orangnya, Tapi Perilakunya

KokopNews, Jangan Benci Orangnya, Tapi PerilakunyaTidak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia mempunyai kelebihan sekaligus kekurangan yang ada pada dirinya. Dalam keadaan tertentu bisa saja dia diberi label tertentu, misalnya jujur, amanah, bertanggung jawab dan lain-lain atau sebaliknya. Bisa juga ada sesorang yang oleh sebagian orang disebut sebagai jujur, amanah atau yang lainnya tapi oleh sebagian yang lain justru diberi label  sebaliknya. 

Jangan Benci Orangnya, Tapi Perilakunya
Gambar : Pixabay.com
Ini menunjukkan bahwa pada diri seseorang ada kelebihan sekaligus ada kelemahan. Termasuk dalam memberi penilaian pada seseorang kita tidak mungkin bisa memberi label pada orang itu yang betul-betul disepakati oleh yang lainnya. Lebih kongkritnya bisa jadi saat ini kita memberi label pada seseorang sebagai orang yang jujur tapi dilain waktu orang yang kita nilai sebagai orang jujur tersebut justru melakukan tindakan korupsi. 

Pemahaman kita tentang seseorang sedekat apapun orang itu dengan kita tidak akan sampai pada kenyataan yang sebenarnya. Jadi, penilain kita pada seseorang bahwa dia jujur, amanah disiplin dan lainnya adalah bersifat kurang lebih saja. Maka tidak usah kaget bila menemui orang yang sebelumnya dinilai sebagai orang yang amanah memegang janji dalam satu waktu justru melakukan pengkhianatan. Sangat berbeda jauh dari penilaian sebelumnya. 

Hal ini harus disadari betul agar tidak terjebak pada penilaian yang keliru. Tidak usah muluk-muluk dalam memberi pujian pada seseorang. Jika memang dia mempunyai citra baik pujilah dia tapi dengan sewajarnya saja. Sebaliknya bila menemui orang yang menampilkan dirinya tidak baik kita boleh membencinya tapi juga dengan sewajarnya. Karena boleh jadi orang yang sekarang kita sanjung dilain waktu dia malah berubah delapan puluh derajat. Atau sebaliknya, ada orang yang saat ini mempunyai citra sebagai orang yang tidak baik dilain waktu justru menjadi orang yang sangat baik.

Inkonsistensi ini wajar karena prilaku lahir dari manusia berpusat pada iman yang ada di hatinya. Semua prilaku manusia, baik atau buruk adalah menjadi cermin dari imannya. Kita tahu iman itu bisa bertambah juga bisa berkurang. Pada saat iman itu bertambah maka akan mendorong si empunya untuk berprilaku sesuai dengan perkembangan imananya. Kalau kebetulan pada saat ini orang tersebut baik maka dengan bertambahnya iman semakin baik pula orang itu. Dan jika imannya malah menurun maka prilaku yang ditampilkannya juga semakin buruk.

Maka agar tidak terjebak pada penilaian yang keluru, dalam menilai seseorang diperlukan kehati-hatian. Seperti yang telah tersebut diatas bahwa jika menemukan orang yang berprilaku tidak baik maka jangan benci orangnya akan tetapi prilaku tidak baik itu yang harus kita benci. Karena kalau orangnya yang kita benci kita akan terjebak jika suatu saat yang kita nilai tidak baik itu justru berubah menjadi orang baik sesuai dengan perkembangan iman yang dimiliki.

Di media sosial seringkali kita menyaksikan identitas yang ditampilkan seseorang sama sekali tidak sesuai dengan identitas aslinya. Ketika ada berita tentang seorang publik figur melakukan hal yang tidak wajar dengan sangat semangatnya mereka mengumpat dan menghujat. Padahal di dunia nyata mereka tidak lebih baik dari publik figur yang diberitakan.

Begitu pula jika ada berita tentang seorang perempuan tua renta hidup sebatangkara yang bertahan hidup hanya dengan memilih barang rosoan mereka dengan spontan menunjukkan keprihatinannya. Tapi di dunia yang sebenarnya ada tetangganya yang satu minggu tidak makan mereka tidak pernah peduli.

Dari penjelasan diatas perlu menjadi perhatian kita bersama bahwa dengan berpijak pada adegium tidak ada manusia yang sempurna kit lebih cerdas dalam memberi penilaian pada orang lain.
Selengkapnya
Penyakit Berbahaya Itu Namanya  Malas

Penyakit Berbahaya Itu Namanya Malas

KokopNews.blogspot.co.id, Penyakit Berbahaya Itu Namanya  Malas- Diantara musuh terbesar yang harus ditaklukkan adalah malas. Karena kalau tidak ditaklukkan maka akan balik menaklukkan kita. Maka sebelum malas itu menaklukkan kita harus terlebih dahulu ditaklukkan. 

Gambar : https://pixabay.com/en/girl-young-pretty-outdoors-face-470690/
Harus ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mengusir rasa malas tersebut agar dapat dengan mudah melakukan suatu pekerjaan. Namun mengusir rasa malas tidak semudah membalikkan telapak tangan karena malas tergolong penyakit yang berada pada diri seseorang sehingga akan sulit untuk diuasir. Perlu strategi dan kemauan yang tinggi untuk mengusir rasa malas itu. 


Malas juga juga tipe penyakit yang semakin berkembang jika dipupuk dan tidak ada upaya untuk melawannya. Semakin rasa malas ini dimanjakan maka akan semakin menggrogoti kita dan semakin sulit untuk melepaskannya. Oleh karenanya sebelum penyakit ini menguasai diri kita secara total perlu dipahami cara kerjanya, kelemahan berikut cara menaklukkannya. Dengan mengetahui cara kerjanya maka akan memudahkan kita untuk menaklukannya.

Perlu diketahui bahwa siapapun orangnya tidak akan lepas dari malas. Sekuat apapun orang itu rasa malas tidak segan-segan untuk berusaha menggagalkan aktivitasnya. Malas tidak akan hilang dari seseorang. Ia akan menghampiri siapapun yang ingin berbuat baik. Memang ketika ditakklukkan ia akan lari tapi bukan untuk selamanya, Hanya saat itu saja. Begitu ada aktivitas baru lagi maka malas akan muncul kembali dengan wajah yang lebih sangar. Begitu juga seterusnya. Jadi, jangan berangan-angan dengan menaklukkan rasa malas satu kali bisa lepas darinya untuk selamanya. Ketika sukses menaklukkan rasa malas satu kali maka bersiap-siaplah berperang untuk yang kedua kalinya dan begitu seterusnya sampai akhir hayat.

Bukti bahwa malas merupakan penyakit yang sangat dahsyat dan berat adalah perhatian kanjeng nabi terhadap penyakit ini. Beliau mengajari kita bagaimana agar terlepas dari penyakit yang satu ini. Diantarnya melalui doa yang beliau ajarkan kepada kita tentang permohonan kepada Allah agar tehindar dari rasa malas. Perhatian rasulullah ini menunjukkan bahwa malas merupakan penyakit yang tidak sederhana. Untuk bisa sembuh dari penyakit malas harus ada tekad yang kuat untuk menghilangkannya.

Oleh karenanya disamping meminta pertolongan kepada Allah melalui doa yang kita panjatkan setiap selesai sholat, harus ada niat yang kuat untuk berperang melawan rasa malas. Malas memang harus diperangi namun berperang melawan malas tidak seperti berperang dengan musuh yang nyata. Karena malas tidak mempunyai wujud nyata yang bisa dilihat.

Untuk berperang dengan rasa malas membutuhkan strategi khusus desamping harus mengetahui tipe dan cara kerjanya. Perlu diketahui bahwa malas mempunyai satu tujuan yaitu menggagalkan aktivitas baik seseorang atau membuat aktivitas seseorang tidak maksimal. Kalau sudah mengetahui tujuan rasa malas ini tinggal selanjutnya kita mencoba untuk melawannya yaitu dengan cara tetap semangat melakukan aktivitas jangan perdulikan dorongan untuk berhenti.
Selengkapnya
Hasil UN Tidak Lagi Menjadi Syarat Kelulusan

Hasil UN Tidak Lagi Menjadi Syarat Kelulusan


KokopNews, Hasil UN Tidak Lagi Menjadi Syarat Kelulusan - Unjian nasiaonal tahun ajaran 2015/2016 tingkat menengah atas sudah selesai digelar. Dimulai pada hari senin tanggal 4 April sampai hari rabu. 

Ujian nasional (UN) tahun ini berbeda dengan UN pada tahun sebelumnya, dimana pada tahun ini hasil UN bukan menjadi penentu satu-satunya kelulusan siswa. Berbeda dengan tahun sebelumnya dimana hasil UN sebagai penentu kelulusan siswa. 

Jika hasil UN tidak sesuai dengan standart yang ditetapkan maka siswa yang bersangkutan dinyatakan tidak lulus dan sebaliknya jika hasil UN nya sesuai standart maka dipastikan yang bersangkutan lulus. Sehingga dengan dijadikannya hasil UN tersebut sebagai syarat kelulusan maka banyak ditemukan kebocoran soal dan kecurangan yang terjadi diberbagai daerah.

Hal itu juga berakibat pada psikologis siswa dan orang tua peserta UN. 

Diberbagai daerah kita saksikan banyak siswa yang frustasi gara-gara tidak lulus UN. Dan dalam distribusi naskah UN pun juga dijaga ketat dan dikawal oleh kepolisian. Siswa memang sangat terbebani dengan UN ini. Bagaimana tidak, pendidikan yang telah mereka jalani selama tiga tahun tidak berarti apa-apa kalau mereka tidak lulus UN. 

Mereka tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan begitu banyak kita temukan siswa melakukan bunuh diri yang disebabkan tidak lulus dalam mengikuti UN. 

Melihat kenyataan diatas maka pemerintah melalui mendikbud, yang saat ini dijabat oleh Anis Baswedan menerbitkan permen yang menyatakan bahwa UN tidak lagi menjadi syarat kelulusan siswa. Dengan kata lain kelulusan siswa ditentukan oleh sekolah dimana dia belajar. Hasil UN hanya dibuat sebagai pemetaan oleh pemerintah dan perguruan tinggi. 

Dengan mengetahui hasil ujian nasional tersebut pemerintah bisa mengetahui seberapa besar prestasi yang dimiliki oleh siswa di indonesia, sehingga pemerintah mempunyai data untuk melakukan evaluasi dalam memajukan pendidikan. Sedangkan bagi perguruan tinggi, hasil ujian nasional ini bisa dijadikan pegangan untuk menyeleksi calon mahasiswa yang akan mendaftar di lembaga tersebut. 

Memang dilapangan dan di media UN tahun ini tidak menakutkan seperti tahun sebelumnya. Pemberitaan di media massa seperti adem ayem tidak ada yang menarik untuk diliput. Pemberitaan di media paling-paling hanya masalah kesiapan sekolah tertentu yang mengikuti UN dengan menggunakan online. 

Dibeberapa sekolah yang menerapkan UN dengan sistim online banyak ditemukan penghambat kelancaran UN seperti lampu padam dan server tiba-tiba tidak bisa diakses. Untuk mengantisipasi ganggauan tersebut memang sekolah terkait sudah menyiapkan genset, tapi masih saja ada sekolah yang mengalami ganggauan yang membuat pelaksanaan UN terganggu.

Selain itu, distribusi soal ke berbagai daerah yang melibatkan instansi kepolisian dan diliput oleh media secara massif pada pelaksanaan UN tahun ini sudah tidak lagi terjadi. Berbeda dengan tahun sebelumnya dimana anggota kepolisian selalu dilibatkan sedemikian rupa ditambah dengan liputan media yang membuat siswa dan para orang tua khawatir. 

Memang pemerintah masih bekerjasama dengan pihak kepolisian dalam mendistribusikan soal ke berbagai daerah akan tetapi aura yang ditampilkan tidak seheboh tahun sebelumnya. Begitu pula kehadiran polisi di sekolah, tempat diselenggarakannya UN, polisi masih ditugaskan untuk mengawasi, namun untuk menjaga gangguan psikologis siswa, tidak diperkenankan menggunakan seragam polisi.
 
Sebagai rakyat indonesia tentu penulis mengapresiasi kebijakan pemerintah yang tidak menjadikan hasil UN sebagai penentu kelulusan siswa. Sangat tidak bijak apabila pendidikan yang dilakukan oleh siswa selama tiga tahun hanya ditentukan oleh ujian selama tiga hari. 

Menjadikan UN sebagai pemetaan oleh pemerintah dan bahan untuk menyeleksi calon mahasiswa baru oleh perguruan tingga adalah langkah tepat yang patut didukung. Dengan perubahan kebijakan ini diharapkan kecurangan dan kebocoran soal yang selama ini mencederai pelaksanaan UN tidak terjadi lagi. Pihak sekolah harus memahami bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan harus menjunjung tinggi kejujuran dan nilai ini perlu ditanamkan kepada siswa. 

Tanpa kejujuran tentu hasil UN tidak valid. Akibatnya pemetaan yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan hasil tersebut untuk kemudian dijadikan bahan evaluasi dalam memperbaiki sistim pendidikan nasional juga tidak tepat sasaran. Oleh karenanya, kebijakan terbaru dari Mendikbud tersebut harus kita dukung dan ikut menjaga kejujuran dalam pelaksanaan UN.

Selengkapnya