Pro Kontra Full Day School

Pro Kontra Full Day School, PEMUDA MENULIS - Tidak lama dari dilantiknya Muhajir Effendy sebagai Mentri Pendidikan dan Kebudayaan menggantikan Anies Baswedan dunia pendidikan di Indonesia digemparkan dengan ide akan diterapkannya sekolah seharian penuh untuk tingkat SD dan SLTP yamg dikenal dengan Full Day School (FDS).



Alasan yang melatarbelakangi ide tersebut adalah untuk membangun karakter anak sehingga tidak menjadi liar. Dengan berada di sekolah seharian maka kesempatan untuk keluyuran bisa dibilang tidak ada. Karena jam pulang sekolah sudah hampir malam.

Ide ini dilontarkan oleh Muhajir dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pandangan masyarakat mengenai sistem ini. Nyatanya ide tersebut menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju.

Kelompok yang setuju tentu mengamini apa yang menjadi alasan diterapkannya ide tersebut. Sebelumnya di beberapa media Muhajir beralasan bahwa dengan FDS orang tua siswa yang sibuk bekerja bisa menjemput anaknya karena jam pulang sekolah menyesuaikan dengan jam pulang kerja. Sehingga dengan adanya tambahan jam belajar bagi siswa hal-hal yang dapat merusak moral siswa dapat dipersempit. Muhajir mengatakan bahwa biasanya sepulang sekolah tidak sedikit para siswa yang keluyuran ke Mall atau ke rental PS. Adanya celah inilah yang menyebabkan moral siswa semakin buruk. Nah, dengan sistem sekolah seharian ini diharapkan pengaruh lingkungan luar sedikit bisa diminimalisir. 

Selain itu, pak mentri juga mengatakan bahwa sistem ini bisa membantu para guru yang mengikuti program sertifikasi agar dengan mudah memenuhi jam mengajarnya dalam seminggu. Bila sebelumnya jam sekolah hanya enam jam, dengan diterapkannya FDS ini ada tambahan tiga jam perhari yang secara otomatis bisa menambah jam mengajar guru.

Sementara pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa akan ada banyak dampak negatif dari sistem tersebut. Apalagi kata Muhajir FDS ini akan diterapkan secara nasional baik negeri atau swasta. Diantara dampak yang tidak baik yang akan muncul adalah matinya pendidikan yang selama ini dilaksanakan di sore hari setelah kegiatan sekolah formal usai. Dibanyak daerah ditemukan sekolah diniah non formal untuk menopang pengetahuan agama siswa. Pagi hari mengikuti sekolah formal, tingkat dasar atau menengah sedangkan di sore hari mengkuti sekolah diniah. 
 
Nah jika FDS ini diterapkan secara nasional tanpa pemilahan maka sekolah diniah yang selama ini menjadi tumpuan masyarakat untuk memahamkan agama kepada anak-anaknya akan mati. Belum lagi lembaga-lembaga tempat belajar al quran untuk anak-anak (TPQ) yang kebanyakan dilaksankan di sore hari setelah pulang dari sekolah.

Tidak hanya itu, ketidak setujuan elemen masyarakat terhadap sistem FDS ini juga didasari oleh belum meratanya fasilitas yang memadai di sekolah. Utamanya sekolah yang ada di kampung-kampung. Bahkan sekolah yang ada di kota-kota besar pun banyak yang belum mempunyai fasilitas memadai. Jika sistem ini dipaksakan maka akan membuat peserta didik tidak kerasan di sekolah. Sehingga tujuan mulia dari sistem tersebut tidak tercapai.

Ada juga yang mengajukan keberatan atas sistem yang mengadopsi sistem di pesantren tersebut dengan alasan bahwa guru yang biasanya mempunyai pekerjaan sampingan akan terbengkalai. Kita semua tahu bahwa kebanyakan guru saat ini masih jauh dari sejahtera. Sehingga untuk menyambung hidup perlu kerja sampingan untuk menopang ekonomi keluarga. Namun yang akan terjadi jika sistem FDS ini diterapkan guru dipaksa harus berada di sekolah selama seharian dan tentu mereka tidak bisa lagi menekuni pekerjaan sampingannya.

Muhajir Effendy

Terlepas dari pro-kontra terhadap sistem tersebut sebenarnya sistem ini bagus dan sudah banyak sekolah yang menerapkan. Bahkan lembaga pendidikan pesantren bukan Full Day lagi tapi sehari semalam. Namun dengan masih banyaknya sekolah yang belum mempunyai fasilitas memadai sistem ini hanya akan membuat anak tersiksa karena seharian berada di lingkungan sekolah yang kegiatannya itu-itu saja.

Untuk menerapkan sistem ini setiap sekolah harus sudah mempunyai fasilitas lengkap, mulai dari lapangan olahraga dan fasilitas lain yang menunjang kegiatan ekstrakurikuler. Jikapun setiap sekolah sudah mapan fasilitasnya sistem ini masih belum bisa diterapkan secara nasional. Karena masing-masing daerah mempunyai perbedaan baik dalam sosial maupun budaya. Diberbagai daerah masih banyak anak yang harus membantu orang tuannya menggarap ladang ketika pulang sekolah. Belum lagi di daerah yang jarak antara rumah siswa dan sekolah sangat jauh. Bisa dibayangkan di daerah ini jika sistem FDS diterapkan mereka akan sampai di rumah pas waktu maghrib.

Oleh karenanya, sebelum sistem ini diterapkan sebaiknya dikaji terlebih dahulu dari berbagai aspek. Jangan sampai gagasan ini hanya ingin menunjukkan gengsi terhadap mentri sebelumnya. Jika memang terpaksa harus diterapkan sebaiknya tidak secara nasional. Pilih sekolah tertentu yang memang dari segi fasilitas memadai dan tidak bertolak belakang dengan kultur setempat.

Tulis email anda untuk berlangganan update berita gratis: