Dalam Belajar Menulis Fokuslah Pada 10 Menit pertama Dan Lihat Hasilnya
KokopNews- Hal pertama yang harus dimiliki oleh orang yang mau menulis adalah ide. Tanpa ide niscaya tidak ada yang mau ditulis. Namun banyak dari penulis pemula yang kesulitan menulis walaupun sudah ada ide yang mau ditulis karena ide yang tersedia tidak bisa dikembangkan. Bagaimana cara menangani masalah ini? Berikut tipsnya.
https://pixabay.com/ |
Sebagian besar orang yang mau menulis tidak jadi menulis karena kesulitan mengembangkan ide yang telah didapatkannya untuk menjadi paragraf. Jikapun telah mampu menyelesaikan satu paragraf misalnya, mereka masih kesulitan menambahkan paragraf lagi dan seterusnya. Kalau sudah seperti ini biasanya mereka, utamanya penulis pemula berhenti menulis. Dengan begitu mereka biasanya mencari informasi bagaimana caranya menghadapai prblem sulitnya mengembangkan ide.
Tapi banyak pula yang langsung menyerah dan tidak melanjutkan pekerjaan menulisnya. Semoga saja kita tidak masuk pada bagian terakhir ini.
Kesulitan mengembangkan ide sejatinya dialami oleh sebagian besar penulis termasuk yang sudah mahir sekalipun. Coba anda search di Google tentang pengalaman para penulis yang sudah mapan. Tidak sedikit dari mereka yang seringkali mengalami yang namanya otak blank. Sehingga aktivitas menulis terhenti. Oleh karenanya bagi penulis pemula tidak usah berkecil hati.
Kesulitan mengembangkan ide sejatinya dialami oleh sebagian besar penulis termasuk yang sudah mahir sekalipun. Coba anda search di Google tentang pengalaman para penulis yang sudah mapan. Tidak sedikit dari mereka yang seringkali mengalami yang namanya otak blank. Sehingga aktivitas menulis terhenti. Oleh karenanya bagi penulis pemula tidak usah berkecil hati.
Berhenti menulis gara-gara kesulitan mengembangkan ide sungguh pilihan yang tidak baik. Bukan hanya akan menghancurkan keinginannya untuk bisa menulis tapi juga dianggap sebagai orang yang tidak tahan banting atau tidak tahan tantangan. Padahal mental tahan banting ketika menghadapi tantangan ini merupakan bumbu yang menghiasi kesuksesan seseorang, tak terkecuali dalam dunia kepenulisan.
Tidak jauh dengan yang kedua ini adalah yang pertama. Mereka yang mengalihkan perhatiannya dari menulis pada kesibkan lain, misalnya mencari tips dan triks mengembangkan ide, juga tidak kalah buruknya dengan yang kedua. Hal ini bukan karena mencari informasi itu salah akan tetapi waktu dan momennya tidak tepat.
Sekali-kali memang kita harus mencari motivasi agar mood menulis kita tetap terjaga, seperti meminta ceramah pada mbah Google. Tapi kalau mencari informasi itu dilakukan pada saat kita menulis ini sungguh tindakan yang tidak benar.
Pada saat menulis seharusnya perhatian difokuskan pada apa yang mau ditulis. Ikuti saja apa yang difatwakan oleh isi kepalanya. Pikiran-pikiran yang sekiranya dapat mengganggu konsentrasi menulis dibuang jauh-jauh, termasuk perasaan : tulisan saya buruk, saya tidak tahu yang mau melanjutkan ide awal, tidak tau menempatkan tanda baca yang benar dan lain sebagainya. Pikiran-pikiran seperti ini akan mengganggu kita yang sedang menulis. Makanya harus dibuang.
Perlu ditekankan disini dalam proses memulai menulis tidak boleh ada pikiran pengganggu. Jikapun pikiran itu muncul tidak usah digubris. Memang tidak mudah membuang pikiran yang sudah menguasai kita. Tapi kalau dibiarkan terus menggrogoti seperti itu malah akan membuat kita kalah dan pada akhirnya berhenti menulis. Dan ini tentu tidak kita inginkan.
Pikiran yang akan mengganggu proses menulis wajar adanya. Sebagaimana tersebut diatas, siapapun para penulis pasti mengahdapi itu. Yang tidak wajar itu apabila kita sedang menulis tapi berhenti ditengah jalan gara-gara didatangi makhluk halus yang berupa bisikan pengahambat menulis.Karena pikiranseperti itu wajar maka kita anggap santai saja.
Pikiran pengganggu tersebut muncul sejatinya hanya ingin menguji kesetiaan kita pada menulis. Dia tahu ketika kita memutuskan menulis bahwa menulis itu adalah cara menyampaikan gagasan, berbagi informasi pada orang lain. Pikiran penggangu itu ingin menguji kita sejauh mana komitmen menulis yang kita miliki. Maka hadirlah dia melalui pikiran-pikiran yang melintas disaat kita memulai menulis.
Pikiran pengganggu tersebut muncul sejatinya hanya ingin menguji kesetiaan kita pada menulis. Dia tahu ketika kita memutuskan menulis bahwa menulis itu adalah cara menyampaikan gagasan, berbagi informasi pada orang lain. Pikiran penggangu itu ingin menguji kita sejauh mana komitmen menulis yang kita miliki. Maka hadirlah dia melalui pikiran-pikiran yang melintas disaat kita memulai menulis.
Ini harus kita pahami betul karena sampai kapanpun dia tidak capek=capeknya menghampiri. Untuk tahap pemula tentu gangguan ini masih relatif klecil, hanya mungkin karena pemula itu belum terbiasa atas bisikan ini sehingga digoda sedikit saja sudah nyerah. Berbeda dengan penulis mahir. Mereka sudah terbiasa dengan penyakit yang akan menggagalkan usaha menulisnya. jadi walaupun godaannnya relatif lebih besar dibandingkan pemula, para penulis mahir itu tidak menghiraukannya.
Jangan dikira penulis handal itu sudah tidak punya hambatan. Jangan salah. Justru hambatan yang mereka hadapi lebih besar. Kalau pemula seperti kita mungkin hambatannya tidak ada ide, sulit mengembangkan ide yang sudah ada, tidak tahu menempatkan tanda baca yang tepat dan hambatan-hambatan kece lainnya. Jauh lebih dahsyat dari itu adalah godaan yang menghampiri mereka, penulis yang sudah berpengalaman. Kesibuka, bosan, te[puruk dalam karir menulisnya adalah sebagian kecil godaan yang menimpa penulis handal.
Kalau kita menyadari itu bahwa menulis tidak mungkin lepas dari gangguan atau bisikan yang akan menggagalkan usaha menulis yang kita lakukan maka seharusnya ketika kita memulai menulis fokuslah pada apa yang mau ditulis. Dalam menulis ini kita sedangkan mengungkapkan apa yang menjadi isi kepala, mulai dari uneg-uneg, gagasan, rasa senang atau sedih, marah, benci atau ingin menceritakan sesuatu yang lucu dan lain sebagainya.
Karena hanya ingin mengelurkan isi kepala maka tidaklah baik jika kita menghiraukan suara-suara sumbang yang bukan berasal dari isi kepala kita yang asli. Ingat, walaupun pikiran-pikiran pengganggu tersebut muncul dari otak, sebagaimana ide yang menjadi bahan tulisan, sejatinya dia adalah orang lain, bukan penduduk asli otak kita. Yang asli penduduk otak kita adalah gagsan atau apapun yang hendak kita tulis itu.
Jadi, jika dalam menulis ada gangguan seperti tersebut diatas buang saja. Teruslah konsentrasi pada yang mau ditulis. Walaupun tulisan yang sedang dibuat jeleknya tidak ada padanannya juga tidak perlu disesali. Yang terpenting bukan bagus tidaknya tulisan yang sedang dibuat. Akan tetapi tercurahnya semua isi kepala itulah yang menjadi inti.
Kadnag isi kepala yang meenumpuk dan tidak tersalurlan itu harus dibuang juh-jauh karena akan membuat otak menjadi berat. Sebagi akibat dari otak yang digerogoti ide tersebut biasanya semangat hidup menjadi lemah. Dalam taraf tententu bisa membuat si empunya sakit jiwa. Mungkin tidak selebay itu, tapi bukan berarti mustahil apabila ada orang gila gara-gara isi otaknya tidak tersalurkan.
Akibat lain dari tidak tersalurkannya isi kepala adalah terjadinya penuaan dini. dengan banyaknya beban pikiran yang akan memberatkan kerja otak maka akan membuat saraf otak bekerja lebih berat. Satu sisi otak harus menjalankan tugas berpikir tapi pada saat yang bersamaan harus menampung sampah pikiran yang tidak temnemukan tempat pembuangan.
Tugas utama otak yaitu untuk berpikir. Maka setiap hari beban otak yang tidak terpakai ini kita istirahatkan, disalurkan mealui salauran yang tepat. Membiarkannya berada pada justru akan menambah beban.
Oleh karenanya, pikiran penggangu yang menghampiri disetiap kita menulis jangan diambil pusing. Tugas kita ketika menulis adalah mengikuti semua langkah yang ditawarkan otak. Yaitu menuliskan semua yang difatwakannya. Pokoknya tulis semua sampai habis. Baru kemudian jika isi kepala itu sudah habis tertuamg semua saatnya membaca dari awal sampai akhir sambil memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada.
Untuk memudahkan kita fokus pada apa yang mau ditulis dan tidak tergoda bisikan yang mengharuskan kita berhenti mungkin tips ini bisa dipraktekkan. Pada 10 menit pertama kita harus bertekad untuk terus fokus dan mengabaikan apapun pikiran apapun yang tidak sejalan dengan tujuan awal. Sekuat apapun pikiran yang yang mengusik kita tidak usah pedulikan. Tidak usah banyak protes ikuti ssja semuanya. Kalau tahap ini sudah kita lewati maka biasanya selanjutnya pikiran yang sebemnya beku sekarang menjadi cair, ide yang sebelumnya tidak mau berkembang sekarang malah kekurangan kertas untuk menampungnya karena saking derasnya ide yang berdatangan.
Jadi, sebenarnya hambatan yang sering mengahmpiri penulis pemula itu hanya diawalnya saja. Dia hanya ingin mengetes komitmen kita dalan menulis. Jika dalam 10 menit kita kita mampu bertahan dengan konsentrasi penuh maka hambatan itu akan hilang dengan sendirimya.
Setelah itu tinggal kita menikmati prosesnya dan pada saatnya nanti kita akan menikmati hasil jerih payah yang kita lakukan yaitu menjadi penulis handal yang sudah teruji.