Kritik Terhadap Pidato Megawati Seokarno Putri Pada HUT PDIP KE-44

KokopNews, Kritik Terhadap Pidato Megawati Seokarno Putri Pada HUT PDIP KE-44 - PDIP merayakan acara HUT yang ke-44 pada Selasa, 10 Januari 2017 di JCC Senayan, Jakarta. Dalam acara tersebut Megawati Soekarno Putri selaku ketua Umum menyampaikan pidato politiknya.

Kritik Terhadap Pidato Megawati Seokarno Putri Pada HUT PDIP KE-44
Gambar : liputan6.com
Dalam pidatonya ini Megawati menyinggung salah satunya tentang sekolompok orang yang mencoba untuk memaksakan kehendak demi tercapainya tujuan mereka. 

Kalau dilihat dari konteks isu yang berkembang pada penghujung tahun lalu tentu kita mafhum siapa kelompok yang dimaksud oleh putri Bung Karno ini.

Pikiran kita langsung mengarah pada jutaan umat islam yang mengikuti Aksi Bela Islam berjilid yang dikomandoi oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI. 

Sebagaimana diketahui aksi fenomenal tersebut terjadi untuk menuntut keadilan atas kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok saat menyampaikan pidato di Kepulauan Seribu pada 27 September tahun lalu. Dalam pidatonya ini Ahok mengatakan jangan mau dibohongi pakai surat Al Maidah ayat 51.

"Kan bisa saja dalam hati kecil Bapak Ibu, nggak pilih saya karena dibohongi pakai Surat Al Maidah 51 macam-macam itu. Itu hak bapak ibu. Kalau bapak ibu merasa nggak bisa pilih saya karena takut masuk neraka, dibodohin, begitu, oh nggak apa-apa, karena ini panggilan pribadi bapak ibu," Kata Ahok.


Kemudian Video yang memuat pidato Ahok tersebut diunggah oleh Buni Yani yang kemudian menyebabkan kemarahan umat islam yang tidak rela agamanya dinistakan yang pada akhirnya terjadilah aksi bela islam yang sampai tiga jilid itu. Sampai hari ini kasus penistaan agama ini masih dalam proses persidangan.


Kembali ke soal pidato Megawati diatas. Dalam pidato itu Megawati seakan membenturkan antara umat islam dengan Pancasila. Umat islam yang membela agamanya dari penistaan dianggap sebagai orang yang memiliki "Ideologi tertutup" yang akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Karena ideologi tertutup ini tidak berasal dari cita-cita yang muncul dari masyarakat maka penerimaan masyarakat terhadap ideologi ini karena ada sekolompok orang yang melakukan pemaksaan kehendak tanpa melakukan dialoq sesuai semangat demokrasi.

Tidak hanya itu, secara terang-terangan Megawati menvonis mereka sebagai kelompok yang anti Kebhinnekaan. Hal ini disebabkan sikap mereka yang ingin menyeragamkan cara berpikir dan bertindak masyarakat dengan memaksakan kehendak.

Sebagai umat islam yang mengakui Pancasila sebagai dasar negara, kita sesalkan pidato tesebut. Karena sangat tidak rasional kalau ada masyarakat yang menuntut keadilan yang diatur oleh konstitusi, dituduh sebagai orang yang anti kebhinnekaan. 

Umat islam sudah terbiasa dengan perbedaan yang ada di negara kita. Bahkan umat islam sebagai mayoritas sudah membuktikan dengan nyata bahwa gejolak yang terjadi tidak sampai membuat perpecahan.

Megawati mungkin tidak paham antara makna kebhinnekaan dengan menuntut keadilan. Jika ada orang salah kemudian ada sekelompok orang yang menuntut untuk memproses hukun orang itu tentu tidak bisa disebut sebagai anti perbedaan. 

Perlu diingat bahwa yang hadir pada aksi bela islam itu berasal dari berbagai kelompok masyarakat. Walaupun kedua organisasi terbesar di Indonesia, yaitu NU dan Muhammdiyah secara organisasi tidak terlibat dalam aksi namun sebagian besar yang hadir pada aksi tersebut berasal dari kedua organisasi ini.

Kita tahu NU dan Muhammadiah adalah dua ormas islam yang selalu istiqomah mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonseia (NKRI) dari segala ancaman yang mengarah pada perpecahan.

Umat yang hadir pada aksi bela islam itu adalah umat yang selama ini dengan gigih menerima dan berjuang agar bangsa ini hidup rukun dalam perbedaan. Sangat tidak bisa diterima kalau Megawati menuduh mereka sebagai orang yang anti Pancasila.

Islam dan Pancasila tidak bisa dipertentangkan. Islam adalah agama yang tidak bisa digantikan dengan Pancasila sedangkan Pancasila sebagai dasar negara yang tidak bisa dipertentangkan dengan islam. Karena Pancasila memuat nilai-nilai islam didalamnya.

Megawati juga mengatakan umat islam yang disebutnya penganut ideologi tertutup tadi sebagai peramal masa depan. Keyakinan umat islam tentang hari akhir dianggapnya sebagi ramalan. Padahal hari akhir atau kiamat merupakan rukun iman umat islam. Orang yang tidak meyakini keberadaan hari akhir menjadi murtad dalam keyakinan umat islam. Tapi dengan entengnya Megewati yang notabene juga sebagai penganut agama islam mengatakan orang yang percaya pada hari kiamat sebagai peramal.

Perkataan tersebut tentu tidak pantas keluar dari orang yang katanya pejuang pancasila. Sebab sepanjang sejarah, tidak ada tokoh yang menjadikan pancasila untuk menggantikan iman, termasuk iman pada hari akhir ini.

Tulis email anda untuk berlangganan update berita gratis: