Alasan Kuat Kenapa Kita Harus Menulis
Gambar : https://pixabay.com |
Tidak hanya itu menulis bisa dijadikan ladang ibadah, tentu apabila yang kita tulis merupakan sesuatu yang baik dan lebih-lebih bermanfaat untuk orang lain. Karena melalui kegiatan menulis ini kita bisa menyampaikan kebenaran dan meluruskan hal-hal yang tidak baik. Melalui menulis kita bisa memberi nasehat kepada orang lain bahkan sebelum untuk orang lain tulisan tersebut setidaknya menjadi renungan si penulis sendiri.
Dalam ajaran agama dijelaskan bahwa sampaikanlah kebenaran walau satu ayat. Kata ayat disini tidak harus berupa teks Al Quran akan tetapi setiap hal yang baik dan berdampak maslahah. Jadi, kebikan dan nasehat yang kita sampaikan melalui tulisan termasuk dalam kandungan ayat tersebut.
Dalam ajaran agama dijelaskan bahwa sampaikanlah kebenaran walau satu ayat. Kata ayat disini tidak harus berupa teks Al Quran akan tetapi setiap hal yang baik dan berdampak maslahah. Jadi, kebikan dan nasehat yang kita sampaikan melalui tulisan termasuk dalam kandungan ayat tersebut.
Saat ini zaman sudah sangat maju yang ditandai dengan semakin pesatnya teknologi informasi dan banyaknya masyarakat yang menikmati kemajuan tersebut. Tentu kemajuan tersebut harus tetap dikawal agar berada pada batas-batas yang tidak melanggar norma agama dan budaya.
Sementara itu kita saksikan bersama bahwa teknologi informasi yang dinikmati oleh masyarakat banyak ragamnya, mulai dari yang positif sampai yang negativ bahkan kalau diukur konten yang mengandung negative lebih mendominasi. Untuk itulah diperlukan orang baik untuk ikut berkontribusi dalam menyemarakkan dunia informasi tersebut dengan banyak menyumbangkan konten positif.
Sementara itu kita saksikan bersama bahwa teknologi informasi yang dinikmati oleh masyarakat banyak ragamnya, mulai dari yang positif sampai yang negativ bahkan kalau diukur konten yang mengandung negative lebih mendominasi. Untuk itulah diperlukan orang baik untuk ikut berkontribusi dalam menyemarakkan dunia informasi tersebut dengan banyak menyumbangkan konten positif.
Seiring dengan hal tersebut, dampak teknologi informasi yang telah merambah ke pelosok desa mengandung banyak opini yang tidak benar. Sebagai contoh kecil adalah tentang islamobhia, yang dibangun oleh media-media yang berafiliasi dengan barat. Melalui media-media tersebut barat menggambarkan islam sebagai agama teroris yang dalam gerakannya menggunakan cara-cara kasar bahkan mematikan. Kesimpulan terburu-terburu tersebut didasari oleh banyaknya kelompok-kelompok terosris yang mengatasnamakan islam.
Opini tentang islam sebagai agama teroris dilemparkan oleh media barat secara berulang-ulang sehingga masuk pada alam bawah sadar masyarakat global bahwa seolah-olah islam memang agama kekerasan. Padahal kalau mau membaca dengan benar tentu media barat akan menyadari kesimpulan tersebut.
Opini tentang islam sebagai agama teroris dilemparkan oleh media barat secara berulang-ulang sehingga masuk pada alam bawah sadar masyarakat global bahwa seolah-olah islam memang agama kekerasan. Padahal kalau mau membaca dengan benar tentu media barat akan menyadari kesimpulan tersebut.
Perlu dibedakan antara pengikut sebuah agama dan agama itu sendiri. Tidak boleh menilai sebuah agama hanya dari ulah segelintir penganutnya. Karena penganut agama tidak sama dalam mengahayati agama yang dianutnya tersebut. Ada penganut agama yang betul-betul mengahayati juga ada penganut yang hanya melalui KTP nya. Kalau toh memang yang bersangkutan termasuk sholeh dalam beragama masih perlu dipertanyakan lagi. Karena bisa jadi ajaran agama yang dipahaminya tidak sesuai dengan pemahaman yang benar terhadap agamanya tersebut. Bukankah kelompok yang selama ini dicap sebagai teroris jumlahnya sangat kecil dibanding dengan ratusan jutaan penganut agama islam yang sama tidak setujunya dengan tindakan teror oleh kelompok teroris tersebut.
Disamping itu, teroris tidak hanya ada pada penganut agama islam saja, tetapi setiap agama pasti ada penganut yang mempunyai pemahaman menyimpang dan cenderung keras. Maka dari itu tidak pas kalau mencap islam sebagai agama yang mengajarkan terorisme hanya dengan melihat ulah segelintir penganutnya yang melakukan tindakan kekerasan.
Disamping itu, teroris tidak hanya ada pada penganut agama islam saja, tetapi setiap agama pasti ada penganut yang mempunyai pemahaman menyimpang dan cenderung keras. Maka dari itu tidak pas kalau mencap islam sebagai agama yang mengajarkan terorisme hanya dengan melihat ulah segelintir penganutnya yang melakukan tindakan kekerasan.
Oleh sebab itu opini sesat yang dilancarkan oleh barat tentang islam harus diluruskan. Kita harus bangun opini tandingan bahwa islam adalah agama yang menganjurkan perdamaian diantara umat manusia. Tidak ada satupun ajaran islam yang mengamini tindakan teror apalagi menganjurkannya. Bahwa terjadi banyak peperangan dalam sejarah islam itu bukan disebabkan oleh kebencian islam pada penganut agama lain. Peperangan yang terjadi antara umat islam dengan umat lain karena kedholiman yang dilakukan oleh penganut agama lain tersebut sehingga peperangan tidak terelakkan lagi.
Oleh karenanya untuk membendung opini tersebut tentu tidak dengan cara yang frontal karena tidak sesuai dengan semangat islam yang menjunjung tinggi perdamaian. Akan tetapi harus melalui opini untuk menyaingi opini sasat tersebut. Untuk menandingi opini tentu harus melalui tulisan yang kita sebar ke masyarakat luas. Diharapkan melalui banyaknya tulisan tentang islam yang benar masyarakat mempunyai opini pembanding sehingga tidak termakan oleh opini yang dibangun oleh barat.
Maka dengan begitu kita telah mengamalkan ajaran islam tentang pentingnya menyampaikan pesan walau hanya satu ayat. Tentu ini mangandung unsur ibadah. Disinilah letaknya menulis itu menyenangkan karena bisa berbagi plus beribadah. Mari kita galakkan aktivitas menulis. untuk pemula tentu tidak harus menulis hal-hal yang sulit. Mulailah menulis dari hal yang kecil seperti pengalaman sehari-hari, perasaan senang atau susah, pokoknya mulailah dari hal yang kita ketahui. Memang kalau belum terbiasa terasa sangat sulit. Tapi kalau sudah terbiasa menuangkan ide dalam tulisan bisa jadi akan ketagihan. Bahkan ada sesuatu yang ganjil kalau mempunyai ide tapi tidak dituliskan.
Menulis itu bukan masalah bakat tapi masalah kebiasaan. Jadi, kalau belum bisa nulis bukan karena tidak mempunyai bakat menulis tapi karena belum terbiasa. Jika menulis dijadikan kebiasaan setiap hari siapapun pasti bisa menulis. Salah besar kalau ada orang yang tidak mau menulis karena merasa tidak mempunyai bakat. Memang ada orang yang lahir dengan bakat menulis akan tetapi bakat saja tidak cukup untuk menjadi penulis. Bakat tersebut harus dipupuk dengan memperbanyak latihan menulis melalui pembiasaan setiap hari sehingga bakat tersebut menjadi nyata. Kalau hanya bermodal bakat siapapun orangnya mustahil bisa nulis.